Tradisi dan Kebudayaan Menyambut Bulan Ramadhan

0
0

Bagikan Postingan:

Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh keberkahan dan rahmat, yang di nanti-nanti oleh umat Muslim di seluruh dunia. Selama satu bulan penuh, umat Muslim berpuasa dan melaksanakan ibadah-ibadah lainnya dengan penuh semangat dan antusiasme. Selain menjadi bulan ibadah, Ramadan juga menyimpan keseruan dan keceriaan tersendiri yang tidak bisa di jelaskan dengan kata-kata. Inilah mengapa Ramadan selalu di nanti-nanti oleh banyak orang setiap tahunnya.

Bulan Ramadhan adalah bulan kesembilan dalam penanggalan Hijriyyah. Sepanjang bulan ini pemeluk agama Islam semakin intens melakukan serangkaian aktivitas keagamaan.

Berpuasa, salat Tarawih, menggelar peringatan turunnya AI-Qur’an, mencari malam Lailatul Qadar, memperbanyak membaca AI-Qur’an, dan kemudian mengakhirinya dengan membayar zakat fithrah dan merayakan hari kemenangan, `Idul Fithri.

Kewajiban berpuasa ini di jalankan kaum muslimin setiap hari dari adzan subuh hingga datangnya maghrib, sampai ‘Idul Fithri tiba.

Berikut ini adalah beberapa keseruan Ramadan yang bisa Anda rasakan dan nikmati:

  1. Suasana Ramadan di malam hari

Malam hari selama Ramadan sangatlah unik dan penuh dengan keseruan. Setelah berbuka puasa, banyak orang pergi ke masjid untuk melakukan shalat tarawih bersama. Shalat tarawih adalah shalat sunnah yang di lakukan setelah shalat Isya pada bulan Ramadan. Banyak orang berbondong-bondong ke masjid untuk melaksanakan shalat tarawih bersama-sama, sehingga masjid penuh dengan orang-orang yang beribadah.

Setelah shalat tarawih selesai, banyak orang keluar dari masjid dan membeli makanan untuk sahur. Pemandangan kios makanan yang menjual berbagai macam makanan dan minuman di sepanjang jalan sangatlah meriah dan ramai. Semua orang berusaha membeli makanan yang enak dan nikmat untuk sahur di rumah.

  1. Berbuka puasa bersama

Berbuka puasa bersama-sama dengan keluarga dan teman-teman adalah salah satu momen yang paling di nantikan selama Ramadan. Setelah seharian menahan lapar dan dahaga, berbuka puasa dengan makanan dan minuman yang lezat dan bergizi sangatlah menyenangkan. Selain itu, momen berbuka puasa bersama-sama juga menjadi kesempatan untuk berkumpul dengan keluarga dan teman-teman yang sudah lama tidak bertemu.

Banyak sekali acara berbuka puasa yang di adakan oleh berbagai lembaga dan organisasi. Acara ini biasanya diadakan di tempat-tempat terbuka, seperti di taman atau di lapangan. Selama acara berbuka puasa, banyak orang yang membagikan makanan dan minuman untuk yang membutuhkan. Hal ini membuat acara berbuka puasa tidak hanya menjadi keseruan, tetapi juga menjadi momen untuk berbagi kebahagiaan dengan orang lain.

  1. Meningkatkan solidaritas sosial

Selama Ramadan, banyak orang yang berbagi kebahagiaan dengan orang yang membutuhkan. Orang-orang yang mampu membantu mereka yang tidak mampu dengan memberikan makanan dan minuman, atau memberikan sumbangan uang kepada yang membutuhkan. Hal ini menunjukkan betapa tingginya solidaritas sosial dalam masyarakat Muslim selama Ramadan.

Banyak organisasi sosial dan lembaga amal yang mengadakan acara- acara amal selama Ramadan. Mereka mengumpulkan sumbangan dari masyarakat untuk disalurkan kepada yang membutuhkan. Selain itu, mereka juga memberikan bantuan kesehatan dan pendidikan kepada masyarakat yang membutuhkan.

Kegiatan-kegiatan seperti ini memperkuat rasa persaudaraan dan membantu meningkatkan solidaritas sosial di antara masyarakat Muslim. Dalam suasana Ramadan, banyak orang berusaha untuk meningkatkan kebaikan dan membantu sesama dengan tulus dan ikhlas.

  1. Menumbuhkan rasa disiplin dan kesabaran

Puasa Ramadan juga membantu menumbuhkan rasa disiplin dan kesabaran dalam diri setiap orang yang melaksanakannya. Selama bulan Ramadan, orang-orang di tuntut untuk menahan diri dari makan dan minum selama berjam-jam sepanjang hari. Ini membutuhkan kesabaran yang besar dan disiplin dalam menjaga diri dari godaan untuk makan atau minum.

Puasa juga melatih kita untuk mengontrol diri dan menjaga kesehatan tubuh. Ketika kita puasa, kita harus mengatur pola makan dan minum secara teratur, serta menjaga kesehatan tubuh agar tetap bugar dan sehat selama berpuasa. Dalam hal ini, Ramadan memberikan kesempatan bagi orang-orang untuk memperbaiki gaya hidup dan membentuk kebiasaan-kebiasaan yang lebih sehat dan disiplin.

  1. Menyambut hari raya Idul Fitri

Ramadan adalah bulan yang dipenuhi dengan kegiatan keagamaan dan keseruan, tetapi semua ini akan berakhir dengan perayaan Hari Raya Idul Fitri. Hari raya ini menjadi momen untuk bersyukur dan merayakan keberhasilan kita dalam menjalankan ibadah selama Ramadan. Selama Idul Fitri, orang-orang berkumpul dengan keluarga dan teman-teman untuk merayakan kemenangan atas diri sendiri dalam menahan hawa nafsu dan memperbaiki diri selama Ramadan.

Pada malam 1 Syawwal di kumandangkan takbir secara serentak, tanda kemenangan kaum muslimin melawan hawa nafsu selama satu bulan penuh. Lalu keesokan harinya, umat Islam melaksanakan salat sunnah ‘Idul Fithri.

Salat Tarawih adalah salat yang di kerjakan di malam hari setelah salat Isya di bulan suci Ramadhan yang dapat di kerjakan secara sendiri-sendiri ataupun berjama’ah. Waktu pelaksanaannya adalah setelah pelaksanaan salat Isya sampai sebelum terbit fajar subuh.
Salat Tarawih hukumnya sunnah muakkadah, sunnah yang di utamakan.

Tidak hanya melakukan salat Tarawih, pada malam-malam selama bulan Ramadhan sangat di anjurkan untuk melakukan salat-salat sunnah lainnya, juga melakukan segala kebaikan.

Walaupun di bulan-bulan lainnya juga kita dianjurkan melakukan amal shalih, berbeda dengan bulan Ramadhan, karena selama bulan Ramadhan ini segala pahala kebaikan di lipatgandakan.

Keistimewaan Lailatul Qadar

Lailatul Qadar adalah malam yang hanya ada di bulan Ramadhan. Malam itu, di katakan dalam Al Quran pada surah Al-Qadr, lebih baik daripada seribu bulan.

Saat pasti kapan malam itu tidak di ketahui, namun, menurut beberapa riwayat, malam itu jatuh pada 10 malam terakhir pada bulan Ramadhan, tepatnya pada salah satu malam ganjil, yakni malam ke21, 23, 25, 27, atau ke 29.

Sebagian muslim berusaha tidak melewatkan malam itu dengan menjaga diri tetap terjaga pada malammalam terakhir Ramadhan sembari beribadah sepanjang malam.

Gambaran tentang keistimewaan malam itu dapat di jumpai pada surah Al-Qadr, surah ke 97, dalam Al-Qur’an, yang antara lain menerangkan bahwa pada malam itu diturunkan AI-Qur’an dan para malaikat dan Jibril turun ke dunia untuk mengatur segala urusan.

Penjelasan

Allah Ta’ala berfirman, “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya di turunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasanpenjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.” (QS. AI-Baqarah: 185).

Ibnu Katsir Rahimahullah tatkala menafsirkan ayat itu mengatakan, “(Dalam ayat ini) Allah Ta’ala memuji bulan puasa (yaitu bulan suci Ramadhan) dari bulan-bulan lainnya.

Allah memuji demikian karena bulan ini telah Allah pilih sebagai bulan di turunkannya AI-Qur’an dari bulan-buIan lainnya. Sebagaimana pula pada buIan Ramadhan ini Allah telah menurunkan kitab Ilahiyah lainnya kepada para nabi ‘alaihimus salam.”

Lalu bagaimana kita menyikapi pencarian malam Lailatul Qadar tersebut? Apakah harus menyepi ke dalam gua, atau berkhalwat di puncak-puncak gunung?

Kita lihat bagaimana Rasulullah memberikan teladan ketika mengisi bulan suci Ramadhan, yang termaktub dalam hadist berikut, “Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW tatkala masuk malam kesepuluh (dari bulan Ramadhan) beliau bangun di waktu malam dan membangunkan istri beliau serta mengencangkan kainnya.” (HR Al-Bukhari, Muslim). Maksud “mengencangkan kainnya” adalah memperbanyak ibadah.

Hadist

Bangunlah di kala keheningan malam, bermunajat ke hadirat Ilahi seraya meratapi dosa-dosa yang telah lalu, sambil berdzikir, membaca Al-Qur’an, dan ber-i’tikaf di masjid. Insya Allah, dengan segala kerendahan hati kita meminta dan bermunajat kepada Allah, apa yang kita mohonkan di kabulkan.

Tetapi terkadang tidak sedikit di antara kita yang awam terlalu di sibukkan dengan mencari-cari rahasia apa yang terkandung pada malam Lailatul Qadar, seperti sibuk mencari dan menyelidiki keberadaannya, sibuk mengamati tanda-tandanya, sehingga meninggalkan ibadah. Betapa banyak orang yang lupa membaca AI-Qur’an, dzikir, dan mencari ilmu, karena terlalu sibuk mengamati tanda-tanda Lailatul Oadar.

Menjelang matahari terbit, misalnya, terkadang kita dapati ada orang yang terlalu sibuk memperhatikan dan mengamati matahari, untuk mencari tahu apakah sinar matahari pagi itu terik ataukah tidak. Salah satu tanda Lailatul Qadar, sinar matahari tidak terik tapi tidak juga redup.

Mestinya mereka ini memperhatikan pesan Rasulullah SAW, “Semoga (dengan di rahasiakannya waktu Lailatul Qadar itu) menjadi lebih baik bagi kalian.” (HR Al-Bukhari).

Menurut para ulama, hikmah di rahasiakannya waktu Lailatul Qadar, agar manusia bersungguh-sungguh dan memperbanyak amal pada seluruh malam pada bulan Ramadhan, dengan harapan ada yang bertepatan dengan Lailatul Qadar.

Dengan tidak di tentukan kapan waktu dan tanggalnya, kita akan di tuntut untuk selalu beribadah karena Allah, dan bukan hanya menjaganya di satu tanggal tertentu yang sudah kita tahu kapan malam Lailatul Qadar itu.

Berbeda bila telah di tentukan kapan tanggal jatuhnya malam Lailatul Qadar, kesungguhan dalam beramal hanya akan ada pada satu malam itu. Akibatnya, kesempatan beribadah pada malam-malam lainnya akan di lewatkan begitu saja, atau setidaknya amal ibadahnya menurun.

Bahkan sebagian ulama mengambil satu faidah dari sabda Nabi SAW di atas, yaitu sebaiknya orang yang mengetahui Lailatul Qadar itu menyembunyikannya, karena Allah SWT telah menakdirkan pada nabi-Nya SAW untuk tidak memberitakannya. Dan semua kebaikan tentu ada pada sesuatu yang telah di taqdirkan bagi Nabi SAW, sehingga kita disunnahkan untuk mengikutinya.

Menguasai SEO untuk Keberhasilan Digital Marketing

Dibukanya Pintu Surga

Rasulullah SAW bersabda, “Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka di tutup, dan setan pun dibelenggu.”

Berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Di bulan suci Ramadhan, orang lebih sibuk melakukan kebaikan dari pada melakukan maksiat. Inilah sebab mereka dapat memasuki surga.

Sedangkan tertutupnya pintu neraka dan terbelenggunya setan, inilah yang mengakibatkan seseorang cenderung menjauhi maksiat ketika itu.

Walaupun banyak manusia yang melakukan maksiat dalam kesehariannya, terlihat perubahan dan perbedaan yang jelas bila di bulan Ramadhan. Mereka lebih banyak melakukan amal shalih, meninggalkan maksiat. Kita berdoa, semoga saudara-saudara kita akan terus melakukan ibadah dan perbuatan amal shalih, menjauhi larangan Allah, walau bukan di bulan Ramadhan. Insya Allah.

Dikabulkannya Doa

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang dari api neraka pada setiap hari di bulan Ramadhan, dan setiap muslim apabila memanjatkan doa pasti dikabulkan.”

Nabi juga bersabda, “Tiga orang yang doanya tidak tertolak adalah orang yang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil, dan doa orang yang dizhalimi.”

An-Nawawi Rahimahullah menjelaskan, “Hadits ini menunjukkan bahwa disunnahkan bagi orang yang berpuasa untuk berdoa dari awal ia berpuasa hingga akhirnya.”

la juga mengatakan, “Disunnahkan bagi orang yang berpuasa untuk berdoa demi keperluan akhirat dan dunianya, juga pada perkara yang ia sukai, serta jangan lupa pula mendoakan kaum muslimin lainnya.”

Berniat Puasa di Malam Hari

Di wajibkan untuk umat Islam yang akan berpuasa wajib berniat akan menjalankan ibadah puasa pada malam sebelumnya, ketika ia akan berpuasa pada esok harinya. Nabi bersabda, “Barang siapa tidak berniat berpuasa pada malam harinya, tidak sah puasa yang ia lakukan di esok harinya.” (HR Al-Baihaqi dalam Sunannya).

Di riwayatkan pula oleh Imam Malik dalam AI-Muwaththa nya dengan sanad Nafi’ dari Abdullah bin Umar, `Tidak dianggap puasa kecuali yang berniat puasa sebelum terbitnya fajar.” Imam Malik meriwayatkan pula dari Ibnu Syihab Az-Zuhri dari Aisyah dan Hafshah, yang keduanya adalah istri Nabi, yang menegaskan sebagaimana yang dinyatakan oleh Ibnu Umar.

Maka bemiat puasa di bulan Ramadhan adalah wajib, dan niat itu haruslah di kuatkan di hati pada malam harinya sebelum terbit fajar. Sehingga tidak sah puasa orang yang belum sempat berniat di malam harinya.

Al-Imam An-Nawawi Rahimahullah menegaskan dalam AI-Majmu’ Syarh AlMuhadzdzab jilid 6 halaman 305, “Dan madzhab kami menyatakan bahwa tidak sah puasa kecuali dengan niat, baik puasa wajib Ramadhan maupun puasa wajib yang lainnya, maupun puasa sunnah. Dan telah berpendapat demikian segenap ulama kecuali Atha’ dan Mujahid dan Zufar.”

AI-Imam Al-Mawardi Rahimahullah dalam Al Hawi Al Kabir jilid 3 halaman 243 menegaskan, “Imam Syafi’i dan segenap ulama ahli fiqih telah berpendapat tentang wajibnya niat puasa Ramadhan.” Kemudian ia menambahkan, “Karena puasa itu adalah ibadah. Ada yang wajib dan ada yang sunnah. Maka semestinyalah niat itu sebagai syarat sahnya amalan tersebut sebagaimana salat juga disyaratkan dengan niat untuknya.”

AI-Imam Abul Qasim Abdul Karim bin Muhammad bin Abdul Karim Ar-Rafi’i AlQazwaini Asy-Syafi’i dalam Asy-Syarhul Kabirjilid 3 halaman 183 menyebutkan, “Niat itu wajib dalam menjalankan puasa, dan tidak di anggap sah satu amalan kecuali dengan berniat. Dan tempatnya niat itu adalah hati, dan tidaklah di syaratkan dalam berniat itu dengan melafadzkannya untuk berpuasa, dan ini adalah pendapat yang tidak berselisih padanya para ulama.”

Sahur dan berbuka

Sahur adalah makan dan minum yang di sunnahkan terhadap orang yang akan menunaikan puasa, dan lebih utama amalan sahur itu adalah di akhirkan sampai menjelang terbitnya fajar.

Batas waktu waktu sahur yaitu terbitnya fajar di ufuk timur dalam bentuk garis putih kemerah-merahan membentang secara horizontal dari utara ke selatan. Inilah yang dinamakan fajar shadiq.

Adapun sejenak sebelum itu, ada pula sinar putih kemerah-merahan di ufuk timur, tetapi sinarnya dari bawah membentang secara vertikal ke atas, yang demikian ini di namakan fajar kadzib, dan tidak dianggap sebagai batas waktu makan sahur, sehingga orang yang berpuasa tetap boleh makan sahur sampai terbitnya fajar shadiq.

Firman Allah, “Dan makanlah kalian dan minumlah hingga tampak bagi kalian benang putih dari benang hitam dari sinar fajar.” (QS AI-Baqarah: 187).

Dalam kaitannya dengan ayat ini, AlImam AI-Bukhari meriwayatkan dalam Shahihnya pada hadits ke-1 .916 sebuah pengalaman yang di ceritakan oleh Adi bin Hatim RA sebagai berikut,

“Ketika turun ayat yang mengatakan’Dan makanminumlah sehingga menjadi jelas bagi kalian benang berwarna dari benang berwarna hitam’, aku menyiapkan tali berwarna hitam dan tali berwarna putih dan aku letakkan keduanya di bawah bantalku. Dan setiap saat di kegelapan malam aku melihat kepada keduanya untuk melihat batas waktu sahur.

Sehingga, ketika di pagi hari aku bertemu Rasulullah SAW, aku ceritakan kepada beliau apa yang aku lakukan. Maka beliau pun bersabda, menjelaskan kepadaku, `Yang dimaksud di ayat itu sesungguhnya hanyalah hitamnya malam dan putihnya siang’.”

Hikmah Sahur

Demikianlah keterangan dari ayat AlQur’an yang dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW. Fajar itu mulai terbitnya di ufuk timur adalah dalam bentuk garis tipis seperti benang berwarna putih yang tampak jelas di tengah-tengah warna hitam kelamnya malam. Dan garis itu bertambah tebal terus-menerus. Kemudian Rasulullah SAW menjelaskan lebih lanjut,

“Fajar itu ada dua macam, yaitu fajar jenis pertama bila terbit, maka tidak di haramkan padanya makan dan minum dan tidak di halalkan salat Subuh. Dan adapun fajar jenis kedua bila ia terbit, di haramkan makan dan minum dan di halalkan salat Subuh.” (HR Al-Baihaqi dalam As Sunanul Kubra jilid 4 halaman 216 dari Ibnu Abbas RA). Fajar jenis pertama dinamakan fajar kadzib dan fajar jenis kedua dinamakan fajar shadiq.

AI-Imam At-Tirmidzi telah meriwayatkan dalam Sunannya sebuah penjelasan dari Nabi Muhammad SAW tentang fajar kadzib dan fajar shadiq dalam kaitannya dengan bersahur. Dari Thalq bin Ali RA, ia meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Makan dan minumlah kalian (dalam sahur kalian). Dan janganlah menghalangi kalian untuk makan dan minum sahur dengan terbitnya sinar di ufuk timur yang membentang ke atas (yakni fajar kadzib), dan teruslah kalian makan dan minum sehingga terbit di hadapan kalian di ufuk timur sinar yang membentang horizontal berwarna merah (yakni fajar shadiq).”

Riwayat Hadist

Al-Imam At-Tirmidzi menyatakan, “Hadits ini juga di riwayatkan oleh Adi bin Hatim, Abu Dzar, dan Samurah bin Jundub.” Kemudian AI-Imam At-Tirmidzi menambahkan,

“Hadits Thalq bin Ali adalah hadits yang hasan gharib dari sanad ini. Dan pengamalan hadits ini menurut para ulama adalah bahwa tidak haram bagi orang yang akan puasa untuk makan minum di waktu sahur sehingga terbitnya fajar yang berwarna merah membentang secara horizontal di ufuk timur.”

Adapun hikmah di sunnahkannya sahur dan dianjurkannya adalah untuk menyelisihi Ahlul Kitab, yakni Yahudi dan Nashara, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim bin Hajjaj AI-Qusyairi An-Nisaburi dalam Shahihnya dari ‘Amr bin Al-‘Ash RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Perbedaan antara puasa kita dan puasa Ahlul Kitab adalah makan sahur.”
Hikmah makan sahur juga karena adanya barakah yang Allah berikan padanya.

Sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Imam AI-Bukhari dalam Shahihnya dari Anas bin Malik RA bahwa Rasulullah bersabda, “Bersahurlah kalian, karena dalam sahur itu ada barakah.”

Sunnah Ramadhan

Puasa wajib bulan Ramadhan yang di jalani umat muslim di seluruh dunia itu bisa menjadi benteng pertahanan diri. Karena tujuan dari puasa itu tak lain adalah demi meningkatkan ketaqwaan dan keimanan. Di samping itu, di bulan Ramadhan Allah juga berjanji akan memberikan pahala yang besar kepada siapa saja yang berbuat kebajikan dan kebaikan.

Wajar jika Ramadhan adalah peluang emas bagi setiap muslim untuk menambah “tabungan” pahala di sisi Allah Ta’ala.

Momen Idul Fitri juga menjadi kesempatan untuk memperbaiki hubungan antara keluarga, teman-teman, dan tetangga. Orang-orang mengucapkan selamat hari raya dan meminta maaf atas segala kesalahan yang telah dilakukan selama setahun terakhir. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya kebersamaan dan kerjasama dalam menjalani hidup sebagai umat Muslim.

Ramadan adalah bulan yang penuh dengan keseruan dan kegembiraan, meskipun kita di tuntut untuk menahan diri dari makan dan minum selama berjam-jam sepanjang hari. Ramadan membawa kesempatan untuk memperbaiki diri dan memperkuat rasa persaudaraan dan solidaritas sosial dalam masyarakat Muslim. Semoga kita semua bisa mengambil manfaat yang maksimal dari bulan Ramadan ini dan menjadi umat Muslim yang lebih baik dan lebih berbakti kepada Allah SWT. Selamat menunaikan ibadah puasa dan selamat menjalani Ramadan yang penuh dengan keseruan dan kegembiraan!

Kami dari Tim Nusantarawan Hebat mengucapkan Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan.

INFO PENTING!

Untuk sobat Nusantarawan yang masih bingung untuk pembuatan website, kami siap membantu dan menyediakan jasa pembuatan website, klik disini jika minat www.nusantarawanhebat.com

Jika anda bingung mencari jasa website. Kami menyediakan jasa website yang terpercaya dan professional. Paket

Tertarik Punya Website Professional Sendiri? Klik Untuk Info Jasa Pembuatan Website Termurah!

Video Terbaru

Mari bergabung bersama https://nusantarawanhebat.com dan maju bersama sejahterakan ekonomi Indonesia. Wujudkan Indonesia sejahtera masyarakatnya.
Dapatkan banyak keuntungan dengan mendaftar di Nusantarawan Hebat.

Info lebih lanjut:

Email : [email protected]
Facebook : Nusantarawan Hebat
Youtube : Nusantarawan Hebat – N1H
Instagram : Nusantarawanhebat 
Tiktok : @nusantarawanhebatn1h 
Twitter : @NusantarawanN1H 
Linkedin : Nusantarawan Hebat
Whatsapp: +62 811-1194-951

Rekomendasi untuk Anda

Tinggalkan Komentar